Rabu, 20 Februari 2013

Mengenang Kata

PUISI, satu hal yang kadang tak dimengerti tapi tetap bisa dinikmati. jalinan kata bertaut yang memberi makna meski kadang tersembunyi bagai misteri. W.S Rendra siapa yang tidak kenal figur tersebut?. SANG PELAKU PUISI, kata-kata dalam coretan karyanya selalu menghipnotis massa untuk terbawa dalam alur pikiran masiv sebuah peristiwa. Dengan suara lantangnya dia berseru memacu kata dalam kekangan kertas dan penguasa, hingga lebih sering terpenjara dalam karya. 

Dulu, ada soe hok gie yang juga berteman dengan puisi. menyeru kata dalam barisan kalimat surat kabar juga tetapi W.S Rendra lain, melalui teater dia berbicara, mempertanyakan dan mempertunjukkan kata dalam balutan prosa, drama dan puisi. 

W.S Rendra mercerna kata dalam jalinan puisi, mengurai kata dalam teatrikal cerita, saya pikir beliau hadir untuk membuat kita mengenang kata, memaknai peristiwa dan mengerti akan makna. 

Kata memiliki kekuatan yang dahsyat, yang bahkan bisa menggeser gunung sekalipun. Mengalur dan mengalir dalam pikiran, menggerakan rangka dengan semangat membara. namun, di satu sisi kata juga bisa membuat manusia sengsara lewat ucapannya yang tak bersahaja, lewat alur pikiran yang tak utuh terucap. 

mengenang kata, ya mungkin ini istilah yang tepat untuk mengingat karya W.S Rendra yang bergaung dari masa ke masa, meski sang maestro telah berpulang. 

dari sini saya belajar untuk bertaut kata dengan bijak agar tidak salah tangkap makna, saat menjawab tanya dan saat bertutur cerita. karena kadang kosa kata yang kita punya tidak diterima oleh orang lain, sehingga perlulah kita punya kosa kata yang tepat untuk menyampaikannya.

kamu setuju? :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar