Minggu, 13 Mei 2012

belajar menjadi malaikat...

Sejak pertama kali bertemu, dia memang misterius, begitu menantang, begitu menggoda. senyumnya adalah senjata palang ampuh untuk menaklukan lawannya.  matanya yang sendu bisa membuatmu tenggelam dalam pandangannya. ada sesuatu yang menarik dari Haris sejak pertama kali aku bertemu dengannya. matanya yang menyiratkan kesedihan dan tangannya yang mengartikan kesiapan hatinya membuat aku benar-benar penasaran tapi setiap kali dia tertawa bersama teman-temannya. ada tawa yang tulus yang kudengar. 2 sisi dari haris yang mulai sering kuamati beberapa hari ini. Haris rupanya menyadari maka setiap kali dia memergokiku mengamatinya dia menantangku dengan tatapan sendunya itu. yang terjadi selanjutnya malah dia yang mulai mengamatiku mencoba mencari arti dari kelakukanku beberpa hari ini. egoku mulai terusik, jangan sampai dia berfikir macam-macam tentang aku. pikirku sambil berlalu menghindari tatapan itu.
dari beberapa kasus percintaan yang kutangani aku mendapatkan kesimpulan yang aneh. pria telah bermetamorfosis dengan waktu. sekarang kita tidak sering bertemu dengan pria kebapakan atau pria yang lebih senang dengan dominansi. apakah emansipasi wanita mulai mempengaruhi mereka. entahlah. tuts komputerku terus berkedip menanti kata-kata yang tertulis selanjutnya.
maka ini adalah kisahku, kawan. di saat dominansi pria tidak lagi santer terdengar aku menapaki sisi pria dalam kegelapan bayangan. tatapan itu dan juga senyum yang hanya sesekali dia umbar .MISTERIUS.itulah kata yang tepat. benarkah banyak wanita yang menyukai pria misterius??  apakah sekarang wanita lebih senang mengejar dibanding dikejar???
wanita sama hal dengan pria adalah makhluk sosial yang akan terus berinteraksi dengan waktu. maka posisi dominansi ini pun menjadi tidak berarti.
aku mempertanyakan arti dari seorang haris yang selalu murung kala sendiri dan ceria kala bersama. Haris kehilangan ayahnya dalam penaklukan gunung bromo. sampai sekarang dia masih merasa semua itu adalah salahnya. padahal ayahnya sekaligus pembina tim pendaki bromo waktu itu berniat menyelamatkannya saat akan jatuh dari tebing. lain waktu dia baru tahu kalau ayahnya yang baru saja meninggal bukan ayah kandungnya. ibu kandungnya yang selama ini menyimpan rahasia itu marah pada haris dan berbicara menguak luka masa lalu tentang ayah kandungnya yang membuang dirinya saat mengandung haris. terlalu sinetron pikirku, kuharap apa yang kudengar hanya sekedar gosip yang dibumbui terlalu banyak.

dalam suatu senja, saat lembayung mulai sirna. haris masih memanjat tebing buatan kampus yang jadi fasilitas anak pencinta alam. tali pengamannya lepas hingga dia terjatuh dan kakinya terikat sehingga hampir saja kepalanya membentur tanah. suasana sepi membuat suara nafasnya yeng terengah-engah menjadi pusat. aku berbalik dan membantunya berdiri. hatiku berdebar kencang. "akhirnya dalam jarak yang cukup dekat antara aku dan haris." pikirku.
haris berdiri dengan sisa tenaga yang dia punya. kurasakan tubuhnya yang gemetar. begitu kakinya terlepas dari kaitan tali dia pergi dengan kaki terpincang-pincang. "Sam, bisa bantu aku." panggilnya sambil membawa beberapa alat. aku menghampirinya dengan segera " darimana dia tahu namaku." pikirku dalam hati. haris tidak mengajak ngobrol ataupun mencoba melucu di depanku. alhasil bisa dibayangkan garing. hanya keheningan yang kami miliki. setelah membantunya aku langsung pamit pergi. entahlah saat itu aku ingin mendengar`dia mengucapkan terima kasih atau setidaknya bilang akan membalas pertolonganku dengan mentraktirnya atau apapun itu. namun langkah-langkah pelan yang kulakukan membuat ku semakin tidak sabar. aku berusaha menoleh ke belakang untuk melihat apa yang dia lakukan. tapi ternyata yang dia lakukan memandang kepergianku dan hanya memandangku seolah berfikir saat aku melihatnya, aku segera pergi karena kaget. kukira dia sibuk membereskan tali tadi.

semenjak hari itu setiap kali kami bertemu di koridor dia selalu tersenyum, senyum langka. anehnya memang setiap kali pasti bertemu. hal itu yang membuat aku kikuk. aku tahu semakin lama kami semakin sering bertemu dan menyapa dan mengobrol tapi pada akhirnya aku selalu mengetahui kalau dia berbohong. haris terus menutupi tentang dirinya dengan cerita-cerita palsu yang manis. namun akhirnya aku sadar aku yang selalu mengambil kesimpulan dalam setiap cerita yang tak pernah haris selesaikan setiap kali dia bercerita.
aku merasa dibohongi dan begitu mudah dibodohi.
" kamu yang selalu menyelesaikan cerita yang ku mulai, apa aku salah membiarkanmu menerima aku seperti yang kau inginkan?" ucapnya suatu hari.
"bodoh.." teriakku di depan mukanya.
wanita kadang seolah ingin menjadi penyelamat saat melihat seseorang yang dia anggap butuh bantuannya ada di hadapannya, penasaran dengan tingkah orang yang harus dibantunya. mungkin secara tidak sadar aku telah memposisikan diri sebagai orang lain untuk membantu diriku sendiri lewat orang lain. kini yang butuh bantuan bukan haris tapi aku karena rasa sayangku sudah mulai tumbuh setiap kali kami bertemu. setelah seminggu aku mengacuhkan haris kini dia mengacuhkanku sebagai balas dendam.
" jangan mencoba untuk menjadi malaikat, karena kamu hanyalah manusia biasa." ujarnya padaku.
" oke,kalau begitu kamu pun jangan jadi iblis dengan menyakiti orang-orang yang sayang padamu. karena kamu pun manusia. dendam tidak akan menyelesaikan masa lalu masa depan atau masa sekarang. "
kami saling berlalu dengan memendam amarah.
itulah pengalamku belajar untuk menjadi malaikat, yang kusadari benar aku hanyalah manusia yang punya emosi bukan malaikat yang akan selalu baik dan juga haris bukanlah iblis yang terkurung dalam kepedihan manusia karena dia punya hati yang membedakannya dengan iblis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar