Saya punya benda favorit yang harus saya bawa kalau pergi 
kemana-mana. Jaket jeans berwarna hitam yang sudah memudar warnanya.Si 
jaket sudah menghuni lemari saya sejak kuliah dan sudah sobek di bagian 
tangan juga agak susah kalau dikancingkan =)
Beli baru?
Bukan
 itu soalnya. Masalahnya, saya terlanjur jatuh cinta dengan benda itu. 
Sahabat lama yang nyaman dipakai dan sudah terlalu akrab dengan saya, 
karena selalu dipake kemana-mana. Kadang, saya merasa kurang lengkap 
kalau pergi tanpa jaket itu. Padahal kadang cuaca panas  dan jaket itu 
hanya memenuhi tas saya. Lalu suatu hari menyempatkan diri untuk berkaca
 setelah mengenakan si jaket, dan mendadak sadar bahwa 
senyaman-nyamannya benda itu melekat di badan, penampilan saya jadi aneh
 dengan jaket yang sobek, terlalu pas-badan dan siku yang kesempitan.
Oh, well...
Sepanjang
 perjalanan dari rumah, saya ditegur “jangan kampungan ah, ris. Jaket 
dekil begitu terus dipake” kata mama.  Meski menyimpan barang yang sudah
 terlalu tua itu tidak baik (dan cenderung menimbulkan kesan pelit, 
hahaha), entah kenapa saya masih tetap melestarikan kebiasaan itu. Adik 
saya malah sering mengomentari isi lemari saya yang sebagian terdiri 
dari baju-baju berwarna netral coklat, hitam, abu bahkan ada baju 
favorit saya yang bagian bawahnya sudah sobek2:” dibuang aja kenapa 
sih?!”, yang selalu saya tangkis, “Enak aja. Nyaman dipake, tauuu.”
karena
 nyaman, saya mempertahankan barang-barang yang seharusnya sudah lama 
dibuang. Meskipun koleksi barang-barang baru terus bertambah dan kini 
semakin berwarna, saya kekeuh melestarikan benda-benda usang, 
sampai lemari saya tidak cukup lagi untuk menampung semuanya, dan saya 
harus meluangkan waktu untuk membongkar dan memilah – mana yang masih 
layak disimpan, mana yang harus disalurkan kepada yang lebih 
membutuhkan... atau dibakar sekalian. ;-D
pada akhirnya 
saya menyetop kebiasaan itu dan membuang benda-benda kesayangan dengan 
alasan cuma satu: memang sudah saatnya. Masa ‘kadaluarsa’ itu sudah 
tiba. Memaksakan diri untuk tetap bertahan malah akan membebani dan 
merepotkan saya.
sebagaimana mestinya, karena memang sudah
 saatnya. Jika tiba waktunya untuk berubah, biarlah saya melepas semua 
yang selama ini saya jalani dengan lapang dada; nyaman tidak nyaman, 
suka tidak suka. Ketika tiba saatnya berhadapan dengan realitas dari 
kehidupan yang senantiasa bergerak dinamis ini, biarlah saya memiliki 
kebesaran jiwa untuk menerimanya... dan bergerak bersamanya. THIS IS 
IT...
inspiredd by :jenny jusuf
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar