apa mimpimu?
pertanyaan yang mengusik saya sejak saya belajar
mengenal kata, kita sering melihat mimpi orang lain lalu meng'copy'nya
atau melakukan 'make over' mimpi itu sesuai dengan yang kita inginkan,
atau jika kita cukup beruntung kita menemukan mimpi kita di usia yang
sangat muda. saya pernah bermimpi menjadi penulis, menghadiri sebuah
acara dimana orang-orang mengantri untuk membeli karya saya kemudian
ditanda tangani ditempat yang sama. melihat binar-binar bahagia dari
wajah mereka bahwa karya saya telah mengubah mereka. misi saya kemudian
ter-reka bahwa saya ingin menggunakan pena sebagai senjata saya untuk
mengubah hidup seseorang. ingin menghantarkan sebuah hikmah dalam setiap
kalimat yang terkait dalam paragraf. saya masih ingat ketika ayah saya
menolak permintaan saya untuk masuk fakultas sastra dan bilang "aku
pengen jadi penulis Pah." ayah saya menggeleng dan berkata 'untuk
menjadi penulis tidak perlu masuk sastra, menulis bisa otodidak." dan
saya terdiam karena memang saat itu benar adanya lalu karya pertama yang
berhasil dipublikasikan adalah SKRIPSI ^_^ hehehe. tapi saya tidak
berhenti menulis dan angan saya menjadi penulis tetap kembang kempis
(kadang ngembang kadang mengempis). tak jarang saya melihat mimpi saya
berbunga di pekarangan rumah orang. Sedangkan mimpi saya sendiri
tetaplah berupa benih dalam pot yang tidak kunjung bertunas. sekali lagi
saya bertanya pada diri sendiri apa mimpimu? lalu semua mulai kabur,
ketika tuntutan gelar membuat saya menapaki dunia kerja dengan rutinitas
yang tak kunjung usai. salahkan saya jika terus mengeluh, namun
imajinasi saya tidak berkembang saat itu.
saya tersentak
ketika seseorang berkata, "hidup tidak seperti cerita cerpen yang kita
buat, begitu mudah, begitu hiperbola, begitu palsu, realistis lah." saya
meradang merasa impian saya di injak-injak padahal misi saya sangat
mulia (waktu itu..). pada akhirnya saya berhenti menulis karena kecewa,
bahwa cerita yang paling menarik adalah cerita hidup kita sendiri yang
kadang tertuang dalam buku diary atau sekedar puisi dan curhatan di pagi
hari. Saya merenung benarkah selama ini saya tidak realistis?. Dalam
proses hypnotherapi saya melihat masa lalu saya dan saya melihat ‘mimpi’
saya yang lain. Bukan antrean di toko buku atau acara penandatanganan
tapi yang lain. Yang diam-diam tersembunyi dalam diri saya cukup lama.
Saya terperangah dan ingin menangis, rasanya begitu nyata dan indah
diterangi cahaya keemasan dan senyum kebahagiaan. Saya melihat mimpi
saya yang sering saya ejawantahkan dalam sebuah tulisan. Saya tersenyum
malu karena rahasia saya terbongkar dan saya baru sadar bahwa sejak dulu
mimpi saya yang lain sudah bertunas walau dalam perjalanannya tertebas
oleh realita atau menghalangi pandangan dan keinginan orang2 yang saya
sayangi, para sahabat saya ^_^. tunas mimpi itu terus bertumbuh walau
tidak sempurna. “Bermimpilah, sebab Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.” (meminjam istilah dari laskar pelangi) Itulah
kalimat yang selalu mereka ucapkan. Kalimat yang kesaktiannya menyaingi
daya magis ilmu madraguna -- bukan karena jampi bertuah, melainkan
karena kata-kata sederhana itu telah memberi kekuatan pada kaki-kaki
mereka untuk terus berlari. JANGAN TAKUT BERMIMPI walau mimpi itu tidak
bertunas tetaplah rawat mungkin disatu sisi mimpi lain akan muncul
dengan bantuan do’a, harapan dan keyakinan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar