Jumat, 18 Mei 2012

Untuk apa kita bekerja?

ibarat meminum air laut, semakin banyak minum, kita semakin haus. pekerjaan yang selama ini dilakoni ternyata tidak bisa memupus dahaga pemenuhan kebutuhan ekonomi. padahal kita sudah berbuat yang terbaik, banting tulang sejak pagi hingga malam hari.

 sehari yang lalu teman saya curhat dengan wajah kelelahan dan bibirnya yang manyun *( suer pengen ketawa sebenernya tapi gak tega atuh ah). saya mendengarkan setiap kata yang terucap dari bibirnya, sesekali mengangguk atau tersenyum dan menepuk-nepuk pundaknya. apa sih sebenernya yang membuat kita rela berkawan dengan penat dan bertarung dengan waktu? tanya saya lebih pada diri sendiri. siapa yang nyuruh kita kerja? semakin lama saya pikir pertanyaan saya ini cukup keras didengar jadinya.
kami terdiam, hening membantu kami sibuk dengan pikiran masing-masing.


"pekerjaan jangan dianggap beban tetapi panggilan jiwa, salah satu jalan berbakti kepada Allah SWT." ucap saya meniru kata-kata ustad samsul Arifin founder Umat terbaik Hidup Berkah yang saya baca beberapa hari lalu di tabloid Al-Hikmah.

makin lama, kami semakin terdiam.
bener ga ya?apa yang saya juga sudah lakukan sampai saat ini adalah panggilan jiwa atau panggilan perut ?? 
atau mungkin panggilan hawa nafsu ??

sekali lagi saya termenung, takut dengan kata-kata yang baru saja saya tanyakan.
ketika manusia berorientasi pada hal-hal yang bersifat materi belaka, hal itu membawa manusia pada tingkat stres dan rasa lelah tersendiri. tidak ada Allah dalam pekerjaan kita, kita hanya meminta dimudahkan rizki tanpa mengupgrade amalan kita.

Nabi  mengajarkan untuk selalu menyertakan Allah dalam kehidupan, agar manusia dijaga dan senantiasa diingatkan bahwa pekerjaan yang dilakukan adalah salah satu jalan meraih ridha Allah bukan hanya untuk mencapai nilai ekonomis semata, bisa menghadirkan rasa ikhlas karena Allah dalam mencari nafkah maka segala keruwetan hidup  atau yang lainnya akan hilang dengan sendirinya.

lalu, panggilan jiwa itu seperti apa ya?!
 panggilan jiwa mungkin adalah panggilan hati kita sebagai seorang muslim yang yang mempunyai tujuan untuk menggapai ridha Allah dan dari ridha Allah juga kita belajar untuk mempunyai mimpi, man jada wa jadda. 

hingga kita betah bersahabat dengan penat dan lelah. Mampu menghabiskan ribuan jam berkulik dan berkutat tanpa sayang tenaga.

Kesempatan tidak datang dua kali. Saya tahu. Semua orang tahu. Barangkali itu sebabnya kita rela bekerja bagai kuda. Barangkali itu sebabnya kita rela terdera. Barangkali itu sebabnya kita tak henti-hentinya berpacu. Barangkali itu sebabnya kita bermusuhan dengan waktu. Semua demi kesempatan yang takkan datang dua kali. Agar kita tak perlu menunda kesuksesan, dan kebahagiaan yang didambakan bisa segera diraih. (hal yang sama pernah say tulis di "ternyata kebahagiaan itu sederhana" =) )

seperti juga yang termaktub dalam (Q.S.AL Jumu'ah {62} ayat : 9 - 10 ) Artinya : Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui. Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan [At-Taubah : 105].

dan saat itu kami berdua tersenyum, mendapatkan sebuah pencerahan yang indah sore itu. kami punya mimpi dan kami punya tujuan (lagi).

Alhamdulillah, terima kasih ya Allah =)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar