Sejak dulu, saya selalu bangga memproklamirkan diri sebagai pemimpi. 
Saya punya banyak impian, harapan dan cita-cita yang digantung setinggi 
langit. Semuanya berjajar dengan setumpuk angan dan khayalan tentang apa
 yang akan saya nikmati seandainya mimpi-mimpi itu jadi nyata.
Saya
 berusaha  keras demi membuat mimpi ga cuma eksis di kepala. Mimpi-mimpi
 itu adalah saya. Masa depan saya. Tempat saya menumpukan pegangan. Dan 
mimpi-mimpi itu pula yang membuat saya bertahan. Betah bersahabat dengan
 penat dan lelah. Mampu menghabiskan ribuan jam berkulik dan berkutat 
tanpa sayang tenaga.
Kesempatan tidak datang dua kali. Saya tahu. 
Semua orang tahu. Barangkali itu sebabnya kita rela bekerja bagai kuda. 
Barangkali itu sebabnya kita rela terdera. Barangkali itu sebabnya kita 
tak henti-hentinya berpacu. Barangkali itu sebabnya kita bermusuhan 
dengan waktu. Semua demi kesempatan yang takkan datang dua kali. Agar 
kita tak perlu menunda kesuksesan, dan kebahagiaan yang didambakan bisa 
segera diraih.
"Each second of life is a miracle."
 demikian kalimat yang singgah di benak saya beberapa malam lalu. 
memberi ekspektasi jika mimpi memang di ciptakan untuk orang orang yang 
bersemangat menemani perjalanan hidup dengan mencari.Sekarang saya masih
 tetap meyakini , mimpi telah menjadi semacam suplemen yang akan saya 
konsumsi tiap hari. Tiap saya jengah,tiap saya berkeinginan menghakimi 
diri saya sendiri dengan aneka dakwaan tentang kegagalan.
kebahagiaan
 pada waktunya akan berakhir, begitu pula kesedihan dan sengsara, dan 
tidak ada sesuatu pun yang tetap. oleh karena itu, ketika kebahagiaan 
menyapa, saya mengijinkannya hadir dan menikmati setiap detiknya, 
sepenuh-penuhnya, sambil membuka hati lebar-lebar jika suatu saat ia 
permisi untuk pamit. bagi saya, kekecewaan, seperti kebahagiaan dan 
kesedihan, adalah sesuatu yang sama alamiahnya -- ia hadir pada waktunya
 dan pergi jika sudah waktunya. tidak ada yang perlu dihindari atau 
diantisipasi.
Saya ingin berhenti, terseret ke masa lalu 
dan terlempar ke masa depan dengan alasan bahwa dulu atau nanti saya 
akan bahagia pasti lelah. Saya hanya ingin berhenti  merasakan 
ke'kini'an dalam kebahagian yang sederhana namun indah, karena tanpa 
kita sadari kebahagiaan itu ternyata sangat sederhana. =) bagaimana 
denganmu??
yesterday is a gift
today is a present
tomorow is a mistery
(inspired by jenny yusuf and vivin ika widya)

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar